Fakta Unik Kota Surabaya
Selamat malam
dan wilujȇng dalu ...
Mumpung hari
ini otaknya lagi beres, mau bikin postingan yang kira-kira isinya juga
rada-rada beres.
Cuman mau bagi-bagi trivia dan fakta-fakta seputar Kota
Surabaya. Kota Pahlawan, kota metropolitan, kota adipura, kota-ku dan kota yang
sangat kita cintai serta kita banggakan. Sebagai kota besar yang sudah berusia
lebih dari 7 abad, Surabaya menyimpan berbagai cerita yang menarik, keunikan,
pesona, dan daya tarik.
Rek, berikut adalah trivia dan fakta-fakta unik seputar Kota Surabaya
...
Statistik Kota Surabaya (Sumber : Wikipedia Indonesia)
Luas | |
• Total | 374.8 km2 (144.7 mil²) |
---|---|
Populasi (2012) | |
• Total | 3,123,914 jiwa (2010) |
Demografi | |
• Suku bangsa | Jawa (83,68%), Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%), dll |
• Agama | Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu |
• Bahasa | Jawa, Indonesia, Madura |
Zona waktu | WIB (UTC+7) |
Kode telepon | +62 31 |
> Surabaya
pada zaman dahulu dikenal dengan nama Hujung Galuh (Jenggala), sebuah desa
pelabuhan yang terletak di muara Sungai (Kali) Mas, salah satu anak Sungai
Brantas (sungai terpanjang dan terbsesar di Jawa Timur).
Pemandangan Kali Mas tempo dulu |
> Nama
“Surabaya” diambil dari legenda pertempuran ikan sura dan buaya (baya),
yang sebenarnya itu merupakan perumpamaan (simbolisme) dari kemenangan pasukan
Dyah Wijaya (menantu Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singosari sekaligus
pendiri Kerajaan Majapahit) dalam mengusir tentara Mongol dari Dinasti Yuan.
Pasukan Mongol (Tatar) yang datang dari laut digambarkan sebagai “ikan sura”,
sedangkan pasukan Jawa yang menyerang dari darat digambarkan sebagai “buaya (baya)”.
Kemenangan pasukan Wijaya terjadi pada tanggal 31 Mei 1293 dan oleh Gubernur
R.M. Suryo tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya. Relief
legenda sura dan baya juga dapat di temukan situs bersejarah Goa
Selomangleng di lereng Gunung Klotok, Kota Kediri. Faktanya, desa pelabuhan
Hujung Galuh sebagai cikal bakal Surabaya moderen sudah lebih dulu berdiri,
jauh sebelum pertempuran pasukan Jawa melawan pasukan Mongol terjadi.
Semasa Kerajaan Majapahit, Surabaya menjadi gerbang utama bagi siapa saja yang
hendak mengunjungi ibukota Majapahit di Trowulan melalui jalur laut (via Sungai
Brantas).
Arca Joko Dolog |
> Satu-satunya
peninggalan era Hindu-Budha yang dapat dijumpai di Surabaya saat ini adalah arca
Joko Dolog yang terletak di belakang Taman Apsari (depan Istana Grahadi –
rumah dinas gubernur Jawa Timur). Arca ini sebenarnya adalah arca Buddha Maha
Aksobya. Yang unik, ada prasati pada badan Joko Dolog, tepatnya pada dudukan
sang arca. Pada lapiknya terdapat prasasti yang merupakan sajak, memakai huruf
Jawa kuno, dan berbahasa Sansekerta. Dalam prasasti tersebut disebutkan tempat
yang bernama Wurare, sehingga prasastinya disebut dengan nama Prasasti
Wurare. Angka prasasti menunjukkan 1211 Saka yang juga menurut legenda
patung ini dibuat dan ditulis oleh seorang abdi Prabu Kertanegara dari Kerajaan
Singosari bernama Nada. Sejarah penemuan arca Joko Dolog tidak terlepas
dari legenda yang tersebar di masyarakat. Ada salah satu versi yang mengatakan,
arca Joko Dolog ditemukan di daerah Malang pada tahun 1812 oleh Belanda,
dan saat itu akan dikapalkan ke Amsterdam lewat pelabuhan Tanjung Perak. Ketika
di kapal, arca Joko Dolog menjadi demikian berat. Sehingga kapal yang
membawanya tidak bisa jalan. Singkat cerita patung tersebut akhirnya
ditinggalkan di Surabaya dan diletakkan di suatu tempat yang sekarang
menjadi Taman Apsari (dulu bernama Simpangschepark atau Kroesenpark).
Masjid Ampel |
> Penyebar
agama Islam pertama di Surabaya adalah Sunan Ampel (Raden Rahmat), salah
satu dari Wali Songo. Beliau mendirikan masjid pertama di Surabaya yang sampai
sekarang disebut Masjid Ampel dan daerah sekitarnya disebut Kampung Ampel.
Kawasan ini sekarang terkenal sebagai kawasan “Kampung Arab” dan pusat wisata
religi terbesar di Surabaya.
Bekas gapura keraton Kadipaten Surabaya |
> Ada
keraton di Surabaya ? Seperti halnya pusat kekuatan politik di Pulau Jawa abad ke
17 (Banten, Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta), Surabaya sebagai kadipaten
bawahan Kesultanan Mataram yang paling kuat dan paling kaya di bagian timur
Pulau Jawa saat itu “pernah” memiliki sebuah bangunan keraton. Bekas lokasi
keraton Kadipaten Surabaya berada di lingkungan Kampung Kraton yang terletak di
antara Jalan Pahlawan dan Jalan Kramat Gantung. Sudah tak dapat disaksikan
lagi wujud bangunan utamanya, satu-satunya bagian keraton yang tersisa saat ini
adalah sebuah gapura bercat putih (regol) yang terletak di ujung Gang II
Kampung Kraton. Sementara lokasi alun-alunnya diperkirakan terletak di depan
Baliwerti (Alun-Alun Contong) dan yang satu lagi adalah lapangan yang kini
dijadikan sebagai kompleks Tugu Pahlawan dan Museum 10 November. Walaupun
sudah tak berbekas, sampai sekarang masih dapat disaksikan berbagai nama tempat
yang menunjukkan keterkaitannya dengan keraton, seperti Kraton, Kramat Gantung,
Baliwerti, Bubutan, Praban, Kebon Rojo, Kepanjen, Keputran,
Carikan, Kepatihan, dsb.
Balaikota Surabaya |
> Tahukah
anda bahwa Balaikota Surabaya yang begitu megah itu rupanya hanyalah sebuah
gedung bagian belakang dari kompleks pusat pemerintahan besar ? Pembangunan
sebuah “mega proyek” kantor pemerintahan di Jalan Ketabang ini sebenarnya
dimulai pada tahun 1923 dengan arsitek C. Citroen dan pelaksana H. V.
Hollandsche Beton Mij. Bagian yang lebih dulu selesai dibangun adalah bagian
belakang gedung yang kini berfungsi sebagai balaikota, dan bagian depan gedung
sebagai bangunan utama tidak pernah selesai dibangun karena terkendala
masalah pendanaan. Desain kompleks perkantoran ini awalnya membentuk huruf O. Andaikata
bangunan utama tersebut dibangun ulang pada saat ini, mungkin akan “menebas”
Jalan Sedap Malam dan Jalan Jaksa Agung Suprapto, serta bangunan-bangunan di Jalan
Yos Sudarso. Pintu masuk utama direncanakan berada tepat di Jembatan
Ketabang. Pada awal perencanaannya,
desain bangunan ini dipersiapkan untuk mengalahkan kompleks Gedung Sate di
Bandung sebagai gedung perkantoran gubermen terbesar saat itu. Secara
resmi kompleks ini mulai ditempati pada tahun 1927, dan pembangunannya
menghabiskan biaya sekitar 1.000 gulden.
Kebun Binatang Surabaya |
> Kebun
Binatang Surabaya merupakan kebun binatang dalam kota terbesar di Asia
Tenggara. Dibangun pada 31 Agustus 1916 dengan nama “Soerabaiasche
Planten-en Dierentuin” (Kebun Botani dan Binatang Surabaya) atas jasa
seorang jurnalis bernama H.F.K. Kommer yang memiliki hobi mengumpulkan
binatang. Pada masa awal pendiriannya, kebun binatang ini bahkan menjadi
kebanggaan Ratu Wilhelmina. Kawasan ini hingga sekarang menjadi salah satu ikon
Kota Surabaya.
> Kompleks
Taman Budaya Jawa Timur dan Gedung Cak Durasim di Jalan Genteng Kali yang
sekarang berdiri sebenarnya adalah bekas bangunan Pendopo Kabupaten Surabaya.
Kini bangunan pendopo difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan event-event
seni dan budaya serta tempat berlatih menari.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga |
> Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga sebenarnya bercikal-bakal dari sebuah
sekolah dokter yang didirikan ke dua di Indonesia setelah di Jakarta (STOVIA).
Didirikan atas keputusan pemerintah "Besluit van de Gouverneur General van
Nederlandsch Indie van 8 Mei 1913 No. 4211" dan diresmikan pembukaannya
pada tanggal 1 Juli 1913 dengan nama Nederlandsch Indische Artsenschool
(NIAS).
> Gereja
Katolik pertama di Surabaya adalah Gereja Katolik Kelahiran
Santa Perawan Maria yang dibangun pada tahun 1815. Berlokasi di Jalan Kepanjen, bangunan religius ini berdampingan
dengan gedung SMA Katolik
Frateran Surabaya. Pada awalnya,
dua orang pastor, Hendricus Waanders dan Phillipus Wedding, pada tanggal 12
Juli 1810 datang dari Belanda. Pastor Wedding kemudian bertugas ke Batavia
sementara Pastor Waanders menetap di Surabaya.
Pintu Air Kali Jagir |
> Hampir
semua warga Surabaya Timur tahu Kali Jagir. Sebuah kanal buatan
pemerintah Belanda yang berfungsi untuk mengalihkan sebagian aliran Kali (sungai)
Mas. Di muara kanal ini terdapat kawasan hutan mangrove dengan ekosistem flora
dan fauna langka (kini dikenal sebagai kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo). Sebuah
jembatan kayu berwarna hijau bernama Treteg Ijo sempat menjadi legenda di
kawasan sekitar Kali Jagir. Konon, di bawah jembatan itu tinggal seekor
siluman buaya putih. Melalui Kali Jagir inilah, pernah ada seorang tokoh yang
dikenal sebagai "Pak Pesek" sang penyelamat yang dikenal
banyak orang. Konon, beliau memiliki kemampuan menyelam dalam waktu yang cukup
lama yaitu sampai berjam-jam tanpa alat bantu, dan menguasai semua buaya dan makhluk halus di kedua sungai. Sekarang Treteg
Ijo sudah dibongkar oleh pemerintah kota dan digantikan dengan jembatan moderen
yang terletak tak jauh di sebelah timur lokasi jembatan lama. Lokasi jembatan
ini terletak di Kelurahan Semampir, Kecamatan Sukolilo.
> Sebelum
dibangunnya Pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan besar pertama di Surabaya
adalah Pelabuhan Kali Mas. Lokasi pelabuhan utama tersebut merupakan
jantung perdagangan Surabaya. Dekat dengan
pelabuhan tersebut ada sebuah jalan bernama Heeresentraat (sekarang
berada disekitar Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun) yang merupakan sentral
bisnis bongkar muat. Di antara kedua jalan itu, sudah ada jembatan yang
membentang di atas Kali Mas. Jembatan itulah yang disebut Roode Brug
atau Jembatan Merah.
Jembatan Merah |
> Tahukah
anda tentang Jembatan Merah ? Jembatan yang sudah ada sejak zaman VOC
menguasai Surabaya ini merupakan sekelumit dari sekian banyak monumen penting
dalam sejarah Revolusi Indonesia, khususnya di Surabaya. Kawasan sekitar
Jembatan Merah merupakan daerah perdagangan yang mulai berkembang sebagai
akibat dari perjanjian antara Sri Sunan Pakubuwono II dari Kesunanan Kartasura
(Mataram) dengan VOC pada 11 November 1743. Dalam perjanjian itu sebagian
daerah pantai utara Jawa, termasuk Surabaya, diserahkan penguasaannya kepada VOC.
Sejak saat itu wilayah Surabaya berada sepenuhnya di dalam kekuasaan VOC (Belanda).
Dinamakan “Jembatan Merah” karena menurut cerita, pada saat pertempuran 10
November 1945 pecah, jasad-jasad para pejuang yang gugur dihanyutkan di Kali
Mas, dan akibatnya darah dari tubuh pejuang-pejuang tersebut memerahkan
aliran Kali Mas, hingga membuat kaki jembatan tersebut “merah darah”.
Pecinan Kembang Jepun |
> Ada little
China di Surabaya ? Datanglah ke kawasan Jalan Kembang Jepun dan
sekitarnya. Jalan Kembang Jepun dulunya dinamakan Handelstraat (handel
berarti perdagangan, straat artinya jalan), yang kemudian tumbuh sangat
dinamis. Pada zaman pendudukan Jepang-lah nama Kembang Jepun menjadi terkenal,
ketika banyak serdadu Jepang (Jepun) memiliki teman-teman wanita (kembang desa) di
sekitar daerah ini. Kawasan ini sangat identik dengan Pecinannya Surabaya. Kelenteng
tertua di Surabaya, Kelenteng Hok An Kiong, juga berada di
kawasan pecinan ini.
Sinagog Jalan Kayon |
> Sinagog
Yahudi di Surabaya (menurut beberapa sumber merupakan satu-satunya di
Indonesia) pernah berdiri di Jalan Kayon No. 4-5. Dari luar, bangunan tersebut
tampak seperti rumah biasa. Satu hal yang membedakan adalah terdapatnya logo
Bintang Daud dan tulisan Bahasa Ibrani di pintu masuk depan. Bangunan itu
awalnya adalah rumah yang ditinggali oleh seorang dokter keturunan Yahudi
Belanda. Pada tahun 1939, (beberapa sumber mengatakan tahun 1948), rumah
tersebut diubah fungsinya menjadi sinagog. Bangunan itu kini sudah dirobohkan
sekarang. Meski saat ini Indonesia tidak mengakui Yahudi sebagai agama resmi,
keberadaan bangunan tersebut menjadi bukti bahwa di masa lalu bangsa Indonesia
pernah hidup berdampingan dengan bangsa Yahudi. Bagi mereka yang mempelajari
perjuangan arek-arek Suroboyo pada peristiwa 10 November 1945, tentu
ingat dengan tokoh Charles Mussry. Ia adalah Yahudi Surabaya yang saat
itu membantu arek Suroboyo untuk mengusir Belanda.
> Gedung
bioskop pertama di Surabaya adalah Bioskop Maxim & Sky (Bioskop Indra),
yang awalnya merupakan Gedung Simpang Restaurant yang direnovasi pada tahun
1930-an menjadi kompleks bioskop. Letaknya di perempatan Simpang-Palmenlaan
(kini Jalan Gubernur Suryo - Jalan Pemuda). Disini terdapat dua bioskop dan
sebuah dancing club bernama Gaieté dan kelab malam Cercle
Hellendoorn. Lalu ada macam-macam toko, antara lain sebuah toko es dan toko
bunga Myrtha. Sekarang gedung Bioscoop Maxim & Sky sudah
terbakar dan hanya meninggalkan bekas puing-puing bangunan yang tak terurus.
Hotel Majapahit |
> Hotel
Oranje (sempat juga bernama LMS, lalu Hotel Yamato, dan sekarang menjadi
Hotel Majapahit) adalah sebuah gedung bersejarah di Jalan Tunjungan No. 65.
Merupakan hotel termewah di Surabaya saat itu, bangunan ini sebenarnya
didirikan oleh Sarkies Bersaudara, keluarga pedagang dari Armenia. Pada
18 September 1945, di tempat ini terjadi insiden heroik perobekan
bendera Belanda oleh Hariyono dan Kusno Wibowo bersama arek-arek Suroboyo
lainnya, sebagai akibat dari ketegangan perundingan yang dilakukan oleh
Residen Sudirman dan Mr. Ploegman mengenai ketidakmauan Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia.
Rumah kelahiran Soekarno di Jalan Pandean |
> Tahukah
anda bahwa Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno, lahir di
Surabaya dan bukan di Blitar sebagaimana sering tercantum dalam buku-buku
sejarah selama ini ? Dalam seminar Pelurusan Sejarah Soekarno di Balai
Pemuda, Surabaya, 28 Agustus 2010, disebutkan bahwa Bung Karno dilahirkan di
Surabaya, bukan di Blitar. Pada akhir tahun 1900, ayahanda Soekarno, R. Soekani
Sosrodiharjo, dipindahtugaskan dari Singaraja, Bali, menjadi guru Sekolah
Rakyat (SR) Sulung, Surabaya. Di Surabaya itulah, istrinya, Ida Ayu Nyoman Rai
Srimben, pada 6 Juni 1901 melahirkan seorang putra yang diberi nama Kusno
Sosrodihardjo yang kemudian menjadi Soekarno. Ida Ayu melahirkan Soekarno di
sebuah rumah di Gang Peneleh, dekat rumah H.O.S. Tjokroaminoto.
> Sutomo
alias Bung Tomo, salah satu pemimpin dan orator ulung pada masa-masa
Pertempuran Surabaya, pada faktanya baru diakui sebagai pahlawan nasional
pada 10 November 2008.
Para pejabat gemeente Surabaya pada tahun 1930-an |
> Walikota
Surabaya yang pertama adalah Mr. Meyroos, yang dilantik tahun 1916
atau sepuluh tahun sejak Pemkot Surabaya alias Gemeente van Soerabaia
dibentuk. Namun dia sejatinya tidak memberi banyak perubahan. Dia seorang
administratur. Tugasnya masih menata sistem di masa-masa pertama kota ini,
menggali sumber pendapatan, dan lain-lain. Fondasi yang dibangun di Surabaya
itupun dianggap berhasil karena pasca pensiun dari Surabaya tahun 1921 dia
diangkat jadi walikota Batavia alias Jakarta.
> Bagi warga
Surabaya, pernakah anda mendengar nama Sunarto Sumoprawiro ? Ini dia
walikota Surabaya yang paling kontroversial. Dia terkenal sebagai pemimpin yang
peduli wong cilik sekaligus akrab dengan para pemodal. Di masanya para
PKL begitu dimanja. Tidak pernah digusur. Akibatnya, lama-kelamaan berbagai
sudut kota mnjadi kumuh dan ruwet karena menjamurnya PKL. Pada era
pemerintahannya juga banyak sekali aset pemerintah kota yang dijual, ditukar
guling, bahkan disewakan hingga puluhan tahun.
Walikota Tri Rismaharini (dua dari kiri) dan Wakil Walikota Bambang D.H. (kanan) |
>.Pembangunan dan
perombakan wajah fisik Kota Surabaya secara besar-besaran dimulai pada era
pemerintahan Walikota Bambang D. H. dan diteruskan oleh walikota
perempuan pertama di Surabaya, Tri Rismaharini.
> Walikota
Tri Rismaharini adalah salah satu dari tiga kepala daerah dari Indonesia
yang pada tahun 2012 masuk dalam daftar nominasi penghargaan kepala daerah
terbaik dunia (World Mayor Prize) oleh City
Mayors Foundation. Dua lainnya adalah Walikota Joko
Widodo (Surakarta) dan Gubernur Syarul Yasin Limpo (Sulawesi Selatan).
Soenarjo sebagai seorang dalang |
> Jabatan
wakil walikota resmi di Indonesia pertama kali diterapkan di Surabaya. Soenarjo,
pada tahun 1988 dilantik menjadi wakil walikota Surabaya mendampingi Walikota
Purnomo Kasidi, sekaligus menjadi wakil walikota pertama di Indonesia. Soenarjo
yang juga pernah menjabat wakil gubernur Jawa Timur kini aktif sebagai dalang
dan anggota DPRD Jawa Timur.
> Surabaya
merupakan kota terbesar ke dua di Indonesia setelah Jakarta (jika diurutkan
secara jumlah populasi), sekaligus sebagai pusat perekonomian wilayah Indonesia
Timur dan kota yang memiliki perkembangan pembangunan gedung bertingkat paling
pesat setelah Jakarta. Wilayah metropolitan Surabaya (Gerbangkertosusilo) juga
merupakan metropolitan terbesar ke dua setelah metropolitan Jakarta
(Jabodetabek).
Walikota Tri Rismaharini merayakan perolehan Piala Adipura Kencana bersama Pasukan Kuning |
> Surabaya
juga menjadi langganan peraih Piala Adipura Kencana sebagai Kota
Metropolitan Terbersih di Indonesia.
> Belum ke
Surabaya jika anda belum mengunjungi Tugu Pahlawan. Tugu yang dibangun
pada tahun 1951 ini memiliki tinggi sekitar 40 meter pada lahan seluas 2,5
hektar dan berbenuk seperti pensil. Sebelum dibangun Tugu Pahlawan, lahan seluas
2,5 hektar tersebut merupakan kantor Raad van Justitie (Pengadilan
Tinggi) Hindia Belanda; dan jauh sebelum itu, merupakan bekas alun-alun keraton
Kadipaten Surabaya. Diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno didampingi
Walikota Moestajab Soemowidigdo, kompleks monumen dan museum ini didedikasikan
untuk memperingati pertempuran 10 November 1945 dan mengenang kehebatan para
pahlawan dan pejuang pada saat itu.
Kompleks Tugu Pahlawan dan Museum 10 November |
> Taman
Bungkul yang sekarang sebenarnya dulunya merupakan lapangan luas yang
terletak di depan Makam Sunan Bungkul, seorang ulama penyebar agama
Islam. Lapangan tersebut berfungsi sebagai tempat menggelar pertunjukan
wayang, band, dangdut, dsb. Sejak pemerintahan Walikota Bambang D. H. lapangan
tersebut dirombak dan dijadikan taman sebagai pusat rekreasi keluarga.
> Sebuah
kawah lumpur aktif ternyata juga terdapat di Surabaya. Berlokasi di
Surabaya Timur, tepatnya di Kampung Gunung Anyar. Di sebuah bukit yang
terletak di tengah pemukiman warga sudah sejak lama mengeluarkan kumpur asin
yang mengandung minyak. Konon, sebenarnya bukit itu sendiri terbentuk karena
aliran lumpur itu sendiri. Di bukit tersebut merupakan daerah subur yang
dipenuhi tumbuhan kaktus dan trembesi.
Bandara Internasional Juanda |
> Terminal Purabaya
(Bungurasih) dan Bandara Juanda sebagai terminal bus terbesar di Indonesia dan
bandara terbesar ke dua di Indonesia sebenarnya terletak di luar wilayah
administrasi Kota Surabaya. Terminal Purabaya terletak di Kecamatan Waru,
dan Bandara Juanda terletak di Kecamatan Sedati; dua-duanya merupakan wilayah
Kabupaten Sidoarjo.
> Pasar Turi
yang terletak di Jalan Raya Dupak merupakan pusat grosir dan eceran terbesar
di Indonesia timur. Pasar ini mulanya hanya sebuah pasar tradisional yang
berada di dekat rel kereta api dan banyak terdapat penjual sayur bunga turi
sehingga lama kelamaan pasar tersebut dikenal sebagai Pasar Turi.
Lontong Balap |
> Makanan khas
Surabaya yang telah dikenal luas di seluruh Indonesia adalah rujak cingur,
tahu campur, dan lontong balap. Kekayaan kuliner asli Surabaya
yang lain adalah semanggi, tahu thek, ketas (ketan hitam
yang diberi gula), dan lontong kupang.
> Perusahaan
rokok Sampoerna didirikan pada tahun 1913 oleh Liem Seeng Tee, seorang
imigran asal Cina, mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di
rumahnya di Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah
satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek maupun
rokok putih. Kini Sampoerna telah berkembang pesat sebagai salah satu industri
rokok terbesar di Indonesia, serta aktif di bidang pendidikan, sosial, dan
budaya, termasuk mendirikan Museum House of Sampoerna dan memprakarsai sebuah
paket perjalanan wisata sejarah Surabaya, Surabaya Heritage Track.
Bus Surabaya Heritage Track |
> Dialek
Surabaya yang dipandang oleh orang Jawa sebagai dialek Bahasa Jawa yang paling
kasar, sebenarnya mencermikan sifat orang Surabaya yang egaliter, tidak suka
basa-basi, dan merakyat. Orang Surabaya tidak cocok dengan Bahasa Jawa
Dialek Mataram (Surakarta-Yogyakarta) yang sangat kaku dan mengenal sekat-sekat
dalam penggunaan bahasa. Dialek ini dituturkan di wilayah sekitar Surabaya
(Gresik dan Sidoarjo), Lamongan, Mojokerto, Jombang, Malang Raya, Pasuruan, dan
sebagian kawasan Tapal Kuda.
> Jancok
adalah sebuah kata yang menjadi ciri khas komunitas masyarakat di Jawa Timur, terutama Surabaya dan Malang. Normalnya,
kata tersebut digunakan sebagai umpatan pada saat emosi meledak, marah, atau
untuk membenci dan mengumpat seseorang. Menurut Edi Samson, seorang anggota
Cagar Budaya di Surabaya, istilah
Jancok atau Dancok berasal dari Bahasa Belanda “yantye
ook” yang memiliki arti “kamu juga”.
Istilah tersebut diplesetkan oleh para remaja Surabaya untuk mencemooh warga
Belanda atau keturunan Belanda dan mengejanya menjadi “yanty ok” dan terdengar
seperti “yantcook”. Versi lain mengatakan, kata “Jancok” berasal dari kata Sudanco
berasal dari zaman romusha yang artinya “Ayo Cepat”.
Karena kekesalan pemuda Surabaya pada saat itu, kata perintah tersebut
diplesetkan menjadi “Dancok”. Versi lain lagi menyebutkan bahwa kata
“Jancuk” berasal dari kata kerja “diencuk” (disetubuhi). Kata
tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi
“Jancuk” atau “Jancok”. Kata “Jancok” merupakan kata yang tabu digunakan oleh masyarakat Jawa secara umum
karena memiliki konotasi negatif.
Namun, penduduk Surabaya dan Malang menggunakan kata tersebut sebagai identitas komunitas mereka sehingga kata “Jancok” memiliki perubahan makna ameliorasi (perubahan makna ke arah positif).
Upacara Loro Pangkon |
> Pernikahan
khas Surabaya disebut "Loro Pangkon" (manten pegon). "Loro
Pangkon" atau "Jago Loro Pangkon", disebut demikian karena sebelum
memasuki upacara temu, pengantin pria datang dengan diawali seseorang yang
membawa seekor jago. Jadi seolah-olah pengantin diibaratkan seekor ayam jago
yang sedang mendekati ayam betina. Loro berarti dua, melambangkan
dua orang manusia, sedangkan Pangkon merupakan simbol bersatunya kedua
orang tersebut dalam ikatan perkawinan.
> Kesenian
drama komedi panggung “ludruk” (secara komersil) sebenarnya bukan
asli dari Surabaya. Tahun 1890, Gangsar, yang berasal dari
Desa Pandan, Kabupaten Jombang, adalah orang yang pertama kali
mencetuskan kesenian ludruk ini dalam bentuk ngamen (berkeliling dari rumah ke
rumah) dan tarian. Bentuk inilah yang menjadi cikal bakal kesenian ludruk. Mengenai asal usul kata ludruk terdapat beberapa pendapat. Cak
Markaban, tokoh Ludruk Triprasetya RRI Surabaya, mengatakan bahwa ludruk
berasal dari kata gela-gelo dan gedrak-gedruk.
Jadi yang membawakan ludrukan itu, kepalanya menggeleng-geleng (gela-gelo)
dan kakinya gedrak-gedruk (menghentak lantai)
seperti penari Ngremo. Sedangkan menurut Cak Kibat, tokoh Ludruk Besutan, bahwa
ludruk itu berasal dari kata molo-molo lan gedrak-gedruk.
Artinya seorang peludruk itu mulutnya bicara dengan kidungan dan kakinya
menghentak lantai gedrak-gedruk. Prosesi pertunjukan
ludruk biasanya didahului dengan Tari Remo dan kidungan jula-juli.
Cak Kartolo dan Cak Sapari |
> Hampir
semua warga Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya pasti mengenal Ludruk
Kartolo CS. Grup ludruk paling fenomenal ini terdiri dari Kartolo, Basman,
Sapari, Sokran, Blonthang, Munawar, Tini
(istri Kartolo), tergabung dalam kesenian karawitan
Sawunggaling Surabaya.
Biasanya ludruk kartolo ini juga dilengkapi oleh bintang tamu seperti Marlena, Cak
Sidiq, dan lain-lain. Faktanya, walaupun memiliki nama besar di Surabaya, Cak
Kartolo bukanlah kelahiran asli Surabaya. Kartolo lahir di Pasuruan, 2 Juli
1945.
> Grup
kesenian ludruk paling unik di Surabaya adalah Ludruk Irama Budaya, yang
semua pemainnya adalah laki-laki. Bahkan untuk peran waranggana,
ibu-ibu, anak gadis, dan peran-peran wanita lainnya juga tetap diperankan oleh
pemeran laki-laki.
Ludruk Irama Budaya |
> Pernahkah
anda mendengar lirik lagu yang berbunyi, “Rek, ayo rek, mlaku-mlaku nang
Tunjungan ... ♬” ? Lagu
tersebut berjudul Rek ayo Rek, merupakan ciptaan dari Is
Hariyanto dan dipopulerkan oleh penyanyi Mus Mulyadi. Lagu ini menjadi lagu
paling merakyat di kalangan warga Surabaya.
> THR
Surabaya adalah tempat pertama kali bagi grup lawak fenomenal Srimulat melakukan
pertunjukan tetap pada tahun 1961.
> Stasiun
televisi swasta-nasional SCTV sebenarnya lahir di Surabaya. SCTV lahir
pada tanggal 24 Agustus 1990 sebagai
stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat
di Jalan Darmo Permai, Surabaya, dimana SCTV pada awalnya didirikan untuk
menayangkan acara-acara RCTI untuk wilayah Surabaya. Meski tanggal itu
ditetapkan sebagai tanggal lahir SCTV, namun baru pada tanggal 1 Januari 1993, SCTV mengudara secara nasional di Jakarta.
Gedung Graha Pena di Jalan Achmad Yani (kantor utama Jawa Pos Group dan JTV) |
> Surabaya
merupakan “rumah” bagi JTV (Jawa Pos Televisi), stasiun televisi lokal
terbesar di Indonesia, dan TVRI Jatim, stasiun TVRI daerah pertama di
Indonesia.
> Gang
Dolly adalah lokalisasi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara,
mengalahkan Patpong di Thailand dan Geylang di Singapura. Tentu saja ini bukan
prestasi yang membanggakan. Pemerintah kota sebenarnya sudah merencanakan
penghapusan lokalisasi ini secara bertahap. Gang Dolly ini sudah ada sejak
zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal
dengan nama Dolly van der mart.
Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di Surabaya meskipun sudah tidak
mengelola bisnis. Kawasan Dolly berada di tengah kota, berbaur dengan pemukiman
penduduk yang padat.
Ciputra Wolrd Mall Surabaya |
> Surabaya
sangat terkenal di kalangan warga Jawa Timur sebagai pusat “wisata mall”.
Padahal, mereka hanya kurang mengetahui tentang potensi wisata Surabaya, yang
tidak hanya memiliki belasan mall dan pusat perbelanjaan mewah saja.
> Surabaya
menjadi tempat berdirinya salah satu dari tiga planetarium yang ada di Indonesia
(dua lainnya berada di Jakarta dan Tenggarong, Kalimantan Timur). Planetarium Surabaya
terletak dalam kompleks Museum TNI AL Loka Jala Crana yang berada di kawasan
Perak.
Jembatan Suramadu |
> Jembatan
Suramadu adalah maskot baru Surabaya yang dibangun pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada 10 Juni 2009. Dengan panjang 5.438 meter, jembatan ini merupakan jembatan
terpanjang di Indonesia saat ini (2014) yang menghubungkan Pulau Jawa dan
Pulau Madura. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway),
jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main
bridge).
Masjid Nasional Al Akbar |
> Masjid
Nasional Al Akbar merupakan masjid terbesar ke dua di Indonesia setelah Masjid
Nasional Istiqlal, serta merupakan salah satu masjid yang mendapat predikat
sebagai “masjid nasional”. Masjid Nasional Al Akbar dibangun sejak tanggal 4
Agustus 1995, atas gagasan walikota
Surabaya saat itu, Sunarto Sumoprawiro.
Pembangunan Masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Wakil
Presiden Try Sutrisno. Namun karena krisis moneter pembangunannya dihentikan sementara waktu. Tahun 1999, masjid ini
dibangun lagi dan selesai tahun 2001. Pada 10 November 2000, masjid ini
diresmikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
> Surabaya
merupakan kota dengan kantor Konsulat Jenderal negara asing terbanyak di
Indonesia. Sebagai metropolitan terbesar ke dua, Surabaya menjadi pusat
berdiamnya belasan konsulat negara asing yang menjalin hubungan diplomatik
resmi dengan Indonesia. Konsulat-konsulat yang ada di Surabaya antara lain
Konsulat Jepang, Cina, Filipina, Jerman, Perancis, Belanda, Amerika Serikat,
dan masih banyak lagi.
Pusat bisnis (CBD) Jalan Basuki Rahmat |
> Surabaya
sempat bersaing dengan Hanoi dalam memperebutkan posisi tuan rumah Asian Games
2018 (jadwal diubah menjadi 2019). Dalam voting yang dilakukan Olympic
Council of Asia di Macau pada 8 November 2012, Hanoi unggul dengan perolehan
suara 29 sementara Surabaya mendapat 14 suara.
> Surabaya
juga pernah meraih penghargaan "kota terbaik partisipasinya se-Asia
Pasifik" oleh Citynet atas keberhasilan dan partisipasi
warganya dalam mengelola lingkungan.
Sumber : http://infobimo.blogspot.com/2014/02/fakta-unik-kota-surabaya.html